Rabu, 25 Juni 2008

Komitmen Untuk Berubah Menyongsong Tantangan Jaman


Salam Rimbawan.


Yuk teman-teman, kita lakukan sebagaimana kata pepatah "rawe-rawe rantas, malang-malang putung dan cancut taliwanda. Kalaupun BUMN lain dengan serangan yang dahsyat dari pesaingnya, seperti PETRONAS, Malaisia yang sekarang sudah mulai menjamur di beberapa wilayah Nusantara (terutama kota besar di P. Jawa, seperti Surabaya dan Semarang, sebentar lagi bahkan Madiun), dan mereka menyikapinya secara totalitas dengan melakukan berbagai transformasi, baik manajerial, SDM, dan budaya perusahaan berikut motto. Marilah sekarang kita juga harus bangkit dengan mengambil kiat da'i kondang, Abdullah Gymnastiar yakni 3M, mulai dari yang kecil, mulailah dari diri sendiri dan mulailah sekarang juga.

Memang berat, akan tetapi harus kita mulai. Apabila kita tidak ingin ditelan "bumi" begitu saja dan tinggallah "nostalgi" Perum Perhutani sebagai kerajaan yang karam dalam mengarungi perjalanan hidupnya atau siklus hidup perusahaan, karena telah kehilangan "kreativitas dan keinovasian" dari SDM-nya. Sehingga produknya semakin surut saja.


PT. Pertamina bahkan mengajak seluruh lapisan SDM, termasuk tenaga "outsourcing"-nya, untuk menyikapi kondisi yang ada. Dengan melakukan transformasi nyata, terutama bidang SDM sebagai "penyangga" perusahaan. Bahkan untuk menunjang budaya perusahaan dengan dasar "pelayanan prima". Karena bagaimanapun pada era sekarang, yang dinilai konsumen bukan hanya produk, dengan keasan 5P (Probe, Product, Price, Promotion, and Place), akan tetapi sampai kepada pelayanan yang diberikan, dimana mereka juga akan mempertimbangkan hsrspsn, kebutuhan dan keinginan dengan meneropong dua dimensi pelayanan internal, seperi dimensi prosedural dan dimensi prosedural dan dimensi pribadi.

Jajaran manajemen PT. Pertamina bahkan memiliki aspirasi dalam menunjang terselenggaranya "budaya perusahaan", yakni "4C" (Confident, Clean, Customer Focus, dan Competitive" dan dalam pelaksaan pelayanan prima-nya masih diimbangi dengan motto "tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat tujuan". Bahlan masih ditunjang "etos kerja unggul", yakni kerja adalah ibadah, yang tentu implikasinya sangatlah luas dan mendalam, tidak hanya sekedar "masalah duniawi semata". Mereka juga ditunjang komitmen yang tinggi. Sehingga semua lini menerapkannya dengan kesungguhan hati.

Trus bagaimanakah dengan kita ????


Marilah kita berubah, mumpung masih "belum terjadi decline" yang menuju kepada "collapse". Saya yakin kita bisa. Hanya kitalah yang mampu merubah atas seijin-Nya. Karena tidak ada yang mampu merubah nasib suatu bangsa kecuali ummat itu sendiri. Kita awali dengan niat yang tulus, diimbangi dengan jiwa kepemimpinan yang "COGAL" sebagai Creator of Growth and Learning), sikap yang positif, belajar dari pengalaman kita mengelola perusahaan selama berpuluh-puluh tahun) dengan berbagai tantangannya untuk mencapai "keberhasilan"


Met kerja dan salam rimbawan

Sabtu, 21 Juni 2008

Prinsip Dasar Kewirausahaan PP


Beberapa prinsip dasar Kewirausahaan PP, memang diadop dari para wirausahawan sukses (Purdi E. Chandra, Januar Darmawan Cs, dan da'i kondang serta Bapak Pendiri Pendidikan Nasional, Sufi Pemasaran Indonesia dan tokoh etos kerja profesional Jansen Sinamo. Prinsip dasar yang dicuplik antara lain; 3N, 3M, 5B, 7T, TBC dan KCI.

3N adalah :


- Konsep yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara


- Niteni, Nirokake lan Nambahi


- Salah satu konsep dalam keinovasian




3M adalah :


- Konsep dari Abdullah Gymnastiar (da'i kondang)


- Sangat baik dipedomani dalam pengembangan usaha


- Mulailah dari yang kecil, Mulailah sekarang juga, mulailah dari diri sendiri




5B adalah :


- Konsep yang dipegang dalam berusaha oleh Purdi E. Chandra


- Dengan prinsip 5 Berani dalam berusaha


- Bermimpi, mencoba, merantau, sukses dan gagal




7T adalah :


- Kiat pribadi sukses dan unggul


- Konsep dari Abdullah Gymnastiar


- Tenang, Terampil, Terencana, Tertib, Tekun, Tegar, Tawadlu




TBC adalah :


- The "BODOL" Concept (Berani, Optimis dengan duit orang lain atau modal dengkul)


- Konsep dari Andrias Harefa




KCI adalah :


- Konsep dari Abdullah Gymnastiar


- Kerja Keras, Cerdas, Ikhlas




Disamping 3 pilar profesional yang diambil dari kompetensi paripurna atau yang dikenal dengan pilar KSA, etos kerja dan mentalitas profesional, disamping etika dalam membangun jaringan yang diambil dari pengalaman Januar Darmawan Cs serta sustaible growth dari Andria Harefa dan sekilas ESQ dari Ary Ginanjar.


Disamping pengalaman pribadi tim fasilitator, yang didukung oleh wirausahawan muda lokal Shanty Monica, S. Sos (Handy craft, agribisnis), Noorbiantoro, STP (Agribisnis), Neneng Sri Sulastri, SPd, Ir. Slamet Budi Harto, MM (retail), Slamet Sudjatmiko, STP (agribisnis), Handoko, SE dan Suyitno, SPd, MM, dan Ir. Slamet Budiharto (agribisnis).

Materi Kewirausahaan PP


Materi kewirausahaan PP diberikan semenjak diklat dasar sampai dengan diklat kepemimpinan di PUSDIKLAT SDM Perum Perhutani dengan konteks sesuai dengan tingkatannya. Kurikulum ini diberikan semenjak tahun 2003 dan terus disesuaikan, dengan mengadopsi perkembangan eksternal disamping kebutuhan internal juga. Materi ini disampaikan dengan transformasi dari tahap awalnya dititikberatkan pada sumberdaya manusia sebagai calon pelaku, dengan mengenalkan pengertian dari wirausaha sendiri (entrepreneur, intrapreneur, teknopreneur dan co-preneur), motif sekunder manusia (quitter, champer, dan climber), kondisi perusaan terkini (daur hidup Perusahaan), sikap dasar wirausaha (3N, 3M, 5B, 7T, TBC, KCI), cash flow quadrant, etos kerja profesional "PARASAPIK", mentalitas profesional dari Jansen Sinamo, konsep diri dan orientasi seorang wirausaha, dan etika dalam membangun jaringan usaha serta gambaran Sustainable GROWTH dari Andrias Harefa. Selanjutnya baru memperkenalkan potensi perusahaan berikut pengembangannya dan konsep pemasaran modern (what, why, how, dan STV marketting plus Hermawan K) dan untuk Teknis Non Kehutanan ditambah dengan pelayanan prima yang diawali dengan filosofi dan prinsip TQM sampai kepada 10 prinsip dalam pelayanan sertaIndeks Kepuasan Pelanggan. Sedangkan untuk DIKLATPIM-II keatas ditambah dengan analisa usaha dan kelayakan usaha untuk usaha 1 musim dan jangkan panjang (B/C ratio, BEP, ROI, Rentabilitas Ekonomi dan PV berikut discount factor-nya).

Demikian selintas tentang kewirausahaan PP yang disampaikan materi tersebut oleh penulis sendiri, semenjak tahun 2005.

Senin, 16 Juni 2008

Wirausaha v/s Pelayanan Prima


Apabila kita berbicara tentang "wirausaha", maka tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan apa yang sering kita sebut dengan pelayanan prima.

Mengapa demikian. Karena seorang wirausaha selalu memiliki output berupa produk dan "soft skill" lainnya.

Sedangkan pada saat ini yang dibeli oleh konsumen, tidak semata "produk" saja, akan tetapi juga termasuk kepada pelayanannya. Bagaimana "produk" sampai ditangan atau dinikmati oleh konsumen. Sehingga bagaimanapun maka prinsip pelayanan prima yang baik, haruslah mulai kita sentuh dan lakukan. Ini sudah merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan seorang "produsen, wirausaha"

Perum Perhutani sebagai salah satu produsen hasil hutan (kayu, non-kayu, usaha lain) tentunya juga harus mengikjuti "trend" yang berkembang saat ini. Sanggupkah kita melakukannya. Untuk dapat memberikan sentuhan pelayanan prima kepada pihak eksternal, tentunya tidak akan terlepas pelayanan prima internal terlebih dahulu, karena hal ini yang pertama kali akan disorot oleh pihak eksternal, termasuk didalamnya adalah para konsumen kita. Pelaksanaan pelayanan prima juga tidak terlepas dari "komitmen manajemen", seperti komunikasi, konsistensi dan kejelasan. Inilah yang merupakan "tantangan buat kita.

Yuk, semoga kita juga dapat merenungi dan melaksanakannya. Kata pepatah "rawe-rawe rantas, malang-malang putung, cancut taliwanda" demi kesuksesan Perhutani kita tercinta.

Sikap Dasar Wirausaha


Secara umum, ada beberapa sikap yang menjadikan dasar bagi seorang wirausaha. Dengan sikap tersebut diharapkan seorang wirausaha, berhasil dalam meniti perjalan usahanya. Beberapa sikap dasar yang secara umum wajib dimiliki seorang wirausaha, adalah; niat, berani menjadi pemimpin bagi dirinya dan atau orang lain atau juga harus mampu untuk mandiri, selalu haus dengan tantangan yang moderat (sedang, dan terukur), mampu bersikap posisitif agar mampu membangun jaringan dalam mengembangkan usahanya dan mampu mencapai tujuannya seperti komunikasi, dan bersedia belajar dari pengalaman karena pengalaman merupakan "guru" yang terbaik. Sikap dasar inilah yang harus dimiliki dan dibudayakan oleh seorang wirausaha apabila ingin mencapai kesuksesan. Bayangkan apabila seorang wirausaha tidak memiliki kemampuan dalam melakukan "inter-relationship" seperti komunikasi efektif dan respektif, memahami cara membangun kekuatan dalam komunikasi, K3AB sebuah pesan yang disampaikan agar mampu meyakinkan atau membangun kepercayaan dengan mitra bisnisnya, mengenak kerangka AIDA dalam menyampaikan pesan sebagaimana dengan bauran pemasaran (5P), ketrampilan dalam mempresentasikan produk yang akan dipasarkan.

Sedangkan apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif disini, merupakan suatu proses penyampaian informasi dari komunikator (penyampai pesan) dan penerima pesan (komunikan), dengan informasi yang telah memenuhi persyaratan K3AB (kejelasan, ketepatan, konteks, alur dan budaya setempat), melalui sebuah media yang terpilih (sederhana, sedang atau media yang kaya informasi, bahkan media yang hanya dapat didengarkan saja, dilihat atau kombinasi keduanya), sampai komunikannya jelas dan mengerti pesan yang disampaikan sehingga memungkinkan terjadinya umpanbalik) dalam proses tersebut. Sedangkan komunikasi respektif merupakan komunikasi yang saling menguntungkan (mutualistis) diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi, dengan "kelima" prinsipnya yang dikenal umum, yakni selalu berprasangka positif pada saat menerima atau menyampaikan sebuah pesan, berorientasi pada solusi tidak hanya sekedar "pepesan kosong saja" adanya kespontanitasan dalam pesan yang disampaikan yang disertaio dengan kejujuran, sikap empati dan jaga perasaan lawan bicara.

Faktor pembangun kekuatan komunikasi disini, seperti menyampaikan pesan dengan artikulasi yang jelas dan tegas, bicara dengan melibatkan hati dan disertai antusia sehingga lawan biucara juga termitivasi mendengarkan pesan yang disampaikan, konsentrasi atau fokus pada pokok permasalahan, sampaikan dengan jelas akan tetapi tidak dengan ngotot seperti orang marah atau jualan jamu, dan sesuaikan dengan kebutuhan pendengar (bahasan, humor, dlsb).

Sikap dasar inilah yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, supaya mampu meraih tujuan yang telah ditetapkan pada merencanakan, yang tentunya juga harus dilakukan secara "SMART"

Semoga tulisan yang ada dapat kiranya menjadi bahan renungan kita semua. Karena bagaimanapun perusahaan kita Perum Perhutani adalah sebuah perusahaan, bukan sebagai lembaga sosial.

Jumat, 06 Juni 2008

Motif Sekunder Seseorang


Didunia ini, terkadang ditemui adanya manusia yang selalu "nrima ing pandum", akan tetapi ada yang sedikit ngaya dalam berusaha selama hayat masih dikandung badan, dan ada yang tak pernah lepas untuk berusaha, ibarat seseorang pendaki yang biada dinamakan "climber.

Itulah sebuah fenomena kenyataan hidup yang ada. Berdasarkan motif sekunder-nya, yang merupakan hasil dari belajar dari pengalaman dan lingkungan, maka dapat dikelompokkan kedalam; quitter (nrima ing pandum), champer (berusaha untuk menunjukkan prestasinya akan tetapi cukup dengan sak madya) dan yang terakhir adalah tipe manusia "climber" (yang tidak pernah merasa puas dengan prestasi yang diunjukkannya). Apabila hal ini kita renungkan, juga ada benarnya, karena sebagai manusia kita wajib terus berusaha, seakan-akan kita akan hidup selamanya, akan tetapi kita wajib beribadah, seakan-akan kita akan mati keesokan hari.

Mudah-mudahan ini dapat menjadikan renungan, yang juga akan berkaitan nantinya dengan "etos" kerja bangsa tercinta

Orientasi Seseorang


Sesuai dengan apa yang pernah ditulis oleh Krisna Purnomo. Bahwa seseorang manusia, selalu memiliki konsep diri, orientasi dan locus control. Berdasarka ketiga hal tersebut, maka seseorang yang memiliki spirit wirausaha, menampakkan konsep dirinya, seperti selalu melakukan perencanaan dalam setaiap kegiatan yang dilakukan secara "SMART", selalu menampakkan kreativitas dan keinovasian, serta umumnya selalu bersikap "mandiri". Sedangkan orientasinya, selalu menunjukkan adanya kebutuhan untuk berprestasi yang dikejar tidak selalu "UUD" (Ujung-ujungnya duit), akan tetapi adalah pengakuan atas prestasinya dan selalu "gatel" apabila tidak menemui tantangan, ibarat sayur "tanpa garam" apabila tidak ditemui adanya tantangan. Sehingga seseorang yang memiliki "spirit" wirausaha lebih tepat berada dibagian penelitian dan pengembangan, pemasaran, pelatihan dan pendidikan, yang selalu menintut kreativitas dan keinovasian. Disamping masalah konsep diri dan orientasi, masih terdapat 1 hal yang sangat nyata dari seseorang yang memiliki spirit wirausaha, adalah mereka umumnya selalu menyalahkan diri sendiri apabila menemui suatu kegagalan, yang berarti antara locus internal dengan locus eksternal-nya, lebih dominan pada locus internal, yang mengendalikan dirinya. Cenderung menganggap dirinya masih kurang kompetensi yang dimiliki dan tidak serta merta menyalahkan lingkungan atau keadaan yang ada. Itulah beberapa hal, yang dapat dilihat dari seseorang yang memiliki spirit wirausaha. Apakah demikian dengan Anda. Cobalah untuk Anda renungkan

Pengembangan Usaha


Setelah kewirausahaan, yang meletakkan pondasi dari sumberdaya manusia perusahaan. Langkah berikutnya adalah pengembangan usaha, dengan memberdayakan potensi perusahaan, baik berupa sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan asset perusahaan lainnya, dengan mengacu kepada rambu-rambu yang telah ada (judicial input), yakni PP 30/ 2003 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara, Permen P.50/ Menhut-II/ 2006 tentang kerjasama dalam kawasan hutan, dan SKEP. No. 400/ KPTS/ Dir/ 2007 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha di Perum Perhutani.
Dalam pengembangan usaha ini, kita juga harus melaksanakannya secara bijak, seperti menjauhkan sikap yang "arogan", terutama dalam pemberdaayaan potensi yang dikuasai negara karena menguasai hajat hidup orang banyak, seperi jasa lingkungan yakni air, dan sebagainya.
Disamping itu, dalam melaksanakan kerjasama dalam suatu bentuk kerjasama, seperti LDO, BOT dan KSO, harus benar-benar diperhitungkan secara terlebih dahulu nilai properti-nya. Tidak langsung berbicara kepada sharing diantara pihak-pihak yang bekerjasama, yang selama ini sering terjadi.
Juga masalahg pemberdayaan kawasan hutan secara optimal, juga paling tidak berupa KSO, karena kita sebagai penerima kuasa dari departemen kehutanan, tidak diperbolehkan untuk menyewakan kawasan hutan untuk tujuan "bisnis" kecuali pinjam pakai untuk keperluan sosial atau lainnya dengan proporsi tertentu pula.
Melakukan galian "C" yang juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan. Dengan mengajukan "syarat" reklamasi kepada pemohon untuk melakukan kerjasama penambangan di kawasan hutan.

Rimbawan adalah Teknopreneur


Saat ini berbagai macam istilah dari kewirausahaan banyak bermunculan, mulai intrapreneurship, entrepreneurship, teknopreneurship, dan co-preneurship.
Pada mulanya, memang hanya ada 2 kelompok besar, yakni intra dan entrepreneurship. Dimana keduanya hanya berbeda dimana sang wirasaha berkarya. Dalam sebuah instansi yang telah mapan ataukah berkarya secara mandiri dengan kondisi usahanya yang masih belum stabil. Sebenarnya apabila ditilik dari filosofinya, maka seorang wirausaha adalah seseorang dengan motif "climber" serta selalu mendambahan suatu tantangan yang moderat, yang akan memacu adreanalinnya, untuk mengembangkan kreativitas serta inovasinya. Mengapa demikian, karena kreativitas baru pada tahap angan-angan, yang kemudian diimplementasikan kedalam suatu bentuk inovasi.
Kembali kepada berbagai macam peristilahan yang telah disampaikan. Bagaimana dengan teknopreneurship dan co-prenership. Teknopreneursip merupakan pengembangan dari intra dan entrepreneurship. Yang lebih menjurus untuk bidang teknis secara spesifik. Sedangkan co-preneurship merupakan pengembangan secara lebih spesifik dari entrepreneursip. Dimana "pasutri" yang memiliki spirit wirausaha, secara berkolaborasi mengembangkan sebuah usaha.
Selanjutnya bagaimana dengan "rimbawan" yang sering kita sebut karena lingkup kegiatan kita yang terfokus kepada masalah pengelolaan hutan dan kehutanan.
Secara khusus rimbawan ini secara khusus, dapat dikatakan sebagai seorang teknopreneurship, termasuk kepada yang bergerak sebagai "pemerhati" masalah kehutanan. Pemerhati berarti orang yang mulia, karena "berjuang" agar peran dan fungsi hutan berjalan secara optimal. Sehingga kalau kembali kepa aspek dasar kewirausahaan, termasuk kedalam kelompok orang dengan sikap yang positif, luhur dalam mencapai tujuan pengelolaan hutan dan kehutanan.
Sesuai dengan perkembangan jaman, dimana "konservasi" bukan sesuatu yang "mati" maka pengelolaan hutan juga bersentuhan dengan pemasaran, sepanjang tidak menggagu "modal pokok" dengan kata lain yang dipasarkan hanyalah "riap" semata. Sehingga rimbawan yang bergelut dengan pengelolaan hutan dan kehutanan disini dapat dikategorikan kedalam teknopreneur. Karena pengelolaan hutan mebutuhkan kompetensi khusus yang menuju kepada profesionalisme khas, dengan etos kerja dan mentalitas rimbawan yang juga profesional.

Kewirausahaan PP


Mengapa di Perum Perhutani mulai diperkenalkan mata pelajaran kewirausahaan PP. Alasan yang mendasari adalah; menyikapi kondisi perusahaan pada saat ini, perlu adanya penguatan pada sumberdaya manusia perusahaan sehingga "siap landas" dalam menghadapi berbagai tantangan mendatang serta memberdayakan potensi perusahaan berupa potensi sumberdaya alam/ hutan, dan asset lainnya yang dimiliki perusahaan akan tetapi belum diberdayakan secara optimal, di era globalisasi yang mulai berjalan ini, sebagai pilar perusahaan yang handal.
Kewirausahaan Perum Perhutani diberikan dengan mengadopsi keberhasilan para wirausahaan di luar perusahaan yang dipandang sukses dan dapat dijadikan tauladan, Purdi E. Chandra, sikap mulia yang diwariskan oleh Ki Hadjar Dewantara, ajaran sang Kiai kondang Abdullah Gymnastiar, seperi 3M, 7T, KCI, ataupun Andrias Harefa sang penulis buku "growth" dengan motto TBC (The BODOL Concept). Disamping juga diperkenalkan etos kerja dan mentalitas profesional dari Bapak Jansen Sinamo, yang dikenal dengan julukannya "Mr. Etos Indonesia" (yang juga pemilik Institut Mahardika), sampai kepada penerapan SK. 400/ KPTS/ Dir/ 2007 dan kelayakan usaha sederhana, seperti B/C Ratio, BEP, ROI, dan Rentabilitas Ekonomi suatu usaha dalam 1 musim dengan konsentrasi pada "agribusiness" yang terdiri dari berbagai sektor, mulai Pertanian, Kehutanan, Peternakan, dan Perikanan. Pemateri untuk kewirausahaan yang akan berlanjut kepada Pengembangan Usaha adalah penulis sendiri, sedangkan pengembangan usaha dibidang agribusiness merupakan suatu tim, yang terdiri dari penulis, Dr. Bayu "Yayok" Krisnamurti, Ir. Slamet Budiharto, Slamet Sudjatmiko STP dan Noorbiantoro STP. Pada saat SUSPIM-IV juga dilakukan "link" dengan oom Bob (Bob Sadino) dan juga Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Yogyakarta, serta pengrajin jamur di Ngawi (Jogorogo) dan sekitarnya.