Minggu, 28 September 2008

Perlunya SDM Profesional Menyikapi Tantangan Zaman


Saat ini perusahaan tercinta kita membutuhkan "energizer" yang lebih, karena sangat diperlukan untuk menyikapi berbagai tantangan lingkungan yang ada, baik lingkungan internal terutama eksternal. Tanpa dukungan SDM Profesional, maka kita tidak dapat bersaing dalam percaturan bisnis, lokal bahkan internasional.

SDM profesional tersebut tentunya pada posnya masing-masing. Bahkan beberapa waktu yang lalu saya pernah membaca di perhutanibrain, tentang sosok mandor profesional.

Secara umum seseorang dapat dikatakan profesional dibidangnya apabila memiliki ketiga pilar profesional, yakni ditinau dari sisi pengetahun, keterampilan dan sikap kerja. Bahkan saat ini masih diembel-embeli dengan etos kerja dan mentalitas profesional, menurut Mr. Etos Indonesia, yakni Yansen Sinamo (mahaguru Institut Mahardika, Jakarta).

Sebagai contoh seorang yang profesional sebagai SDM pada jenjang jabatan V, maka dia harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Pengetahuan

Ilmu Kehutanan

Ilmu Manajemen (tergantung bidang spesifiknya)

- Teknik Komunikasi, Negosiasi

- Peramalan

- Pemasaran

- Manajemen Pelayanan, termasuk CSO dan prinsip pelayanan

- Teknik Presentasi, Impromptu

- Pembuatan Karya Tulis Populer

- Kewirausahaan, Pengembangan Usaha

- Kepemimpinan (termasuk kepada motivasinya dan coaching & councelling)

- Planning, Production and Control (PPC), berkaitan dengan "tools manajemen"

- dll

Ilmu Kepolisian

Ilmu Penggunaan Komputer (termasuk trouble shooting-nya)

Ilmu Klimatologi

Ilmu TOT, terkait juga dengan coaching dan motivasi

Ilmu Kehumasan

Ilmu Sosiologi, Antropologi

- dll


Keterampilan


- Sesuai dengan spesifikasi, misalnya tentang pembuatan Mutasi A/ B, DK Lainnya (301, 316, 306, 304/ 304b, 305, 326, 327, 328, 312, dsb

- Pembuatan BAP Perubahan Kelas Hutan

- Penggunaan SISDH PDE, Neraca SDH

- Evaluasi Tanaman

-dlsb


Sikap Kerja

Jujur, terkait dengan integritas seseorang dan kredibilitas

Transparansi

Ulet (tidak mudah menyerah, atau pantang putus asa)

Kreatif dan Inovatif

dll


Apabila ada yang berkata bahwa tidak perlu dengan persyaratan tersebut, ya bisa saja akan tetapi kita adalah perusahaan bisnis dan kita harus mampu bersaing. Tumbuhkan keunggulan perusahaan melalui tangan-tangan SDM profesional tersebut. Dulu tidak seperti itu, akan tetapi kita hidup dan kita terus berubah. Ibarat "berpacu dengan melody". Sedangkan yang kekal adalah perubahan. Siapa yang tidak mau atau enggan berubah maka tentunya akan binasa dengan sendirinya. Karena budaya kita adalah antara lain kerjasama tim, maka tentu harus ada yang mendorong dan menariknya untuk menyikapi kondisi yang ada tersebut.

Segala sesuatu tentu akan sulit terwjjud tanpa "niat", mampu mandiri, bersikap baik, berani menghadapi tantangan, bersedia belajar dari pengalaman, untuk mampu menang.

Ingat dengan wejangan leluhur juga, bahwa kita harus "nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake dan mulat sarira hangrasawani", berani untuk menang tapi tidak sombong akan tetapi harus mawas diri dengan merefleksi setiap hasil yang ada.

Dari sisi etos kerja atau keyakinan yang kita anggap benar saja, seperti "kerja adalah ibadah" atau yang dicirikan bahwa kita harus bekerja dengan serius, akan tetapi penuh kecintaan saja merupakan hal yang amat berat. Bahkan menurut Mr. etos Indonesia masih banyak yang lainnya, yakni "kerja adalah amanah", "kerja adalah rahmat", kerja adalah panggilan", "kerja adalah aktualisasi", kerja adalah seni" kerja adalah kehormatan", dan "kerja adalah pelayanan". Belum cukup untuk menyikapi tantangan yang ada. Ternyata masih harus didukung oleh mentalitas profesional; mentalitas mutu, mentalitas altruistik, mentalitas melayani, mentalitas pembelajar, mentalitas pengabdian, mentalitas kreatif dan mentalitas etis. Jadi menjadi sumberdaya manusia profesional berat. Akan tetapi semuanya terpulang kepada niat. " Kita bisa dan mampu". Itulah semangat yang harus terus dipompa, disamping diperlukan adanya keteladanan dan "role model".

Apabila kita hanya begini-begini saja, bagaimana akan meraih "visi" yang diidolakan, yakni "menjadi pengelola hutan tropis terbaik di dunia". Di sekitar kita saja (Asia Tenggara) saja ada pelor-pelor tajam, seperti Vietnam, Malaisia, Thailand, dan Burma. Dmana mereka juga memiliki kharakteristik yang sama, yakni "Teak Plantation (hasil man made forest and Natural". Belum lagi teknologi mereka bagaikan "siluman". hehehehe.

Kalau dahulu saja, Mahapatih Gajah Mada berhasil mewujudkan "Sumpah Amukti Palapa-nya", apakah kita akan mundur. Maka marilah kita wujudkan impian "menjadi pengelola hutan tropis terbaik dinia" dan perusahaan kita menjadi "the world class company". Kita jalani setapak demi setapak, antara lain kita berhasil memproklamirkan "Perhutani Hijau 2010". Terus kita tapaki lagi dengan berhasil menyusun standar kompetensi SDM sampai kita berhasil mewujudkan sebuah sistem pengelolaan SDM yang baik, penerapan reward and punishment yang jelas, dll. Yang paling utama dan terpenting, kita kaji kembali, apakah "PETIK" sudahmerupakan budaya perusahaan yang tepat dan benar-benar merasuk diseluruh jajaran karyawan dan BOD. Karena ini sebagai pondasi kita kedepan. Ikuti langkah teman-teman kita PT. Astra, PT. Kompas-Gramedia, PT. Nutrifood Indonesia, PTP XIII, sebagai barometer kita, PT. Garuda Indonesia, dan PT. Pertamina. Kalau mereka bisa dan sama makan nasi, mengapa kita tidak. Segera eliminir kesalahan atau kekurangan kita. Dengan semangat "Maju tak Gentar" "Merah Darahku", akan tetapi jangan semangat "Gugur Bunga". hahahahaha

Saya pun sadar mengelola SDH beda dengan mengelola produk manufaktur. Tapi kita harus berubah, untuk menggapai impian kita semua. Oleh karena itu memang dibutuhkan hadirnya orang yang tepat. Andakah itu orangnya ????. Ayo, tampil kedepan, jangan hanya "menggerundel" saja dan bahkan membuat issue dan memprovokasi saja.

Bravo Perum Perhutani.



Salam hangat,




Empu Gandrie, Lempeng Madiun




Minggu, 21 September 2008

Komunikasi Jembatan Silaturahmi


Perum Perhutani tercinta, dalam penerapan PHBM saat ini masih sangat "berat" untuk bergeming. Berbagai kendala ada disana, terutama dalam hal komunikasi. Sebagai makhluk hidup kita tidak dapat terlepas dari komunikasi. Sebagaimana yang tersurat dalam Al-Qur'an dalam surat Al-Hujuurat (13) dan Asy-syuura (23) dan Al-Baqarah (166). Peran komunikasi sendiri sudah jelas, yakni sebagai jembatan penyampai informasi, saling silaturahi diantara yang berkomunikasi serta membangun kepercayaan. Terutama yang ketiga ini, tentunya akan menunjang kredibilitas Perum Perhutani dimata stakeholder-nya. Kalau petugas Perum Perhutani di lapangan jarang srawung, baik dalam acara formal maupun in-formal tentunya hal ini juga dapat menjadi batu sandungan dalam mempercepat laju PHBM itu sendiri.

Sebagai sumberdaya profesional, yang ditunjang pula dengan "etos kerja dan mentalitas" profesional sebagaimana ditekankan dalam misi ke empat perusahaan, maka sumberdaya manusia Perum Perhutani juga harus berubah, dengan memegang semboyan "nglurug tanpa bala menang tanpa ngasorake dan mulat sarira hangrasawani".

Teman-teman tercinta. Untuk menyikapi bagaimana peran sebagai sumberdaya manusia yang profesional di PUSDIKLAT SDM sendiri, mulai dari DIKLAT DASAR sampai SUSPIM juga telah dikembangkan materi komunikasi, dasar penyuluihan, penulisan makalah sampai kepada teknik presentasi. Hal ini tak lain, kisalnya seorang pejabat jenjang IV yang pada saat rapat diminta melakukan "impromptu"(presentasi mendadak), maka paling tidak juga tidak akan memalukan dan Perum Perhutani tidak akan dipandang sebelah mata oleh instansi yang lain.

Kalau kita tidak suka mengembangkan komunikasi, maka sebaiknya "kembali" ke jaman batu. Dimana komunikasinya dilakukan hanya secara non-verbal saja.

Tentu kita tidak akan mundur dalam menyikapi tantangan yang ada. Melainkan tantangan tersebut haruslah kita songsong, bahkan apabila kita memiliki kemampuan lebih maka seyogyanya kita balikkan ancaman tersebut menjadi sebuah peluang. Terutama peluang dalam "meraih masa" masyarakat untuk mendukung program keja Perum Perhutani, mulai dari persemaian sampai kepada pengaman hutan. Apalagi kedepan kita juga mulai harus mengurangi penggunaan senjata. Sehingga komunikasi akan menjadi sangat penting perannya, baik berupa persuasi ataupun negosiasi. Karena sekarang masyarakat juga semakin pintar dan sudah jaman keterbukaan, maka penggunaan teknik komunikasi seperti kompulatif dan koersipun harus kita kurangi dan memperbanyak penggunaan teknik persuasi dan pervasi dalam melakukan pendekatan masyarakat.

Saya juga salut kepada beberapa teman lulusan DKP-I TK yang berusaha untuk terus mengembangkan kemampuan komunikasi dan penyuluhannya. Bravo Perhutani. Melalui komunikasi, marilah kita bangun kejayaan Perhutani kembali.