Sabtu, 17 Januari 2009

Oh, wisataku yang malang




Ini saya maksudkan agar bisa menggugah pengelola yang lain. Bahwa dalam bisnis, untuk saat ini maka kita harusn mampu mengadopsi harapan, kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Sebagai suatu gambaran, saya angkat contoh untuk pondok wisata puspa. Memang kalau ditilik dari namanya adalah pondok wisata. Akan tetapi terkait dengan keberadaannya, maka marilah kita toleh untuk bangunan (site-B, 1967) atau bangunan asli dari (dahulu wisma Puspa).
Disamping kamar (kurang lebih ada 7 kamar, dengan 5 kamar terletak didalam) dan 2 kamar di luar, kamar mandi umum, dapur, mushola, dan recepcionist.
Secara umum tampaknya sekilas sudah layak dijual. Akan tetapi menurut penulis belum optimal jika mau dijual. Mengapa demikian. Karena dibagian depan pondok sering tampak adanya "hal yang kurang pantas untuk ada". Disamping ruangan recepsionis yang kurang representative, demikian dengan pengaturan taman yang masih kurang asri untuk sebuah pondok wisata.
Untuk ruangan utama, sebenarnya masih ada yang dapat dioptimalkan untuk dijual, dengan mengingat harapan ataupun kondisi pengunjung. Utamanya pengunjung adalah perorangan bukanlah keluarga besar. Sehingga fungsi dari ruang kamar dan hall haruslah dilakukan penyekatan. Kecuali jika segmen penunjung kita adalah seperti itu, akan tetapi juga ada konsekuensinya, yakni akan jarang ditoleh oleh tamu (pengunjung). Untuk dapat layak jual dengan kondisi saat ini, tampaknya harus direnovasi dahulu, dengan menutup pintu keluar kamar ke hall dan memindahkannya ke bagian luar. Sekaligus membuat teras (kalau ada biaya) akan tetapi jika tidak ada, maka cukup dengan membuat teras sederhana saja. Kemudian hall, yang bebas gangguan juga dapat kita manfaatkan untuk ruang rapat berikut dilengkapi sarana penunjangnya, sepeti audio system, lcd projector, desktop, whiteboard, papan flip. Sehingga sangat available sebagai ruangan rapat. Karena selama ini banyak acara rapat yang ingin mengadakan disana akhirnya pindah ke tempat lain, dengan keterbatasan dana. Pondok wisata puspa termasuk salah satu tempat dengan pemandangan yang paling indah dibanding lainnya. Peluang ini yang kita harus tangkap. Bahkan dengan sedikit mengepras teras dekat recepcionist untuk menambah keluasan tempat parkir. Impian penulis kedepan setelah yang sekarang jalan, maka tempat parkir dibuat dibagian bawah tanah, dengan konstruksi yang "oke", karena merupakan daerah yang labil. Kemudian kita juga menyediakan paket wisata kepada pengunjung. Karena disekitar lokasi ada camping ground, air terjun, wisata telaga (Pemda), kebuh teh, trail antara pondok wisata ke Mojosemi yang lumayan bagus dengan panorama kebuh teh (sebagai jogging treck) dengan sedikit polesan. Kemudian mendadani sedikit untuk penempatan lampu di lokasi, pemusnahan gudang, pembersihan lokasi sekitar dari barang yang kurang berguna, bekisting dan penebangan beberapa pohon yang mengancam "keamanan" pengunjung (mengingat daerah ini juga sering dilanda angin ribut), memindahkan kantor dan warung sekitar pondok ke tempat lain yang masih merupakan kawasan kita (tentunya sedikit harus disertai dengan BAP perubahan kelas hutan dari total pangkuan pondok wisata sebagai ldti). Dengan melakukan semacam ini menurut penulis, maka akan menanbah daya tarik pengunjung, baik untuk blok A (2001) , B (1967), dan C (2003). Kemudian perbarbaikan jalan yang menghubungkan 3 lokasi bangunan dan bahkan ditambah dengan selasar sederhana. Lahan bekas kantor koordinator wilayah dan warung sederhana (yang berada di tanah kita), bahkan bisa dijadikan sebagai tempat parkir. Dengan tempat parkir lega dan aman, maka akan menjadikan daya tarik tersendiri. Untuk sementara sebagai wahana magang petugas bisa dilakukan kontrak dengan pihak III yang kompeten dibidangnya selama 2 tahun (dengan target penghasilan Rp. 70 - 75 juta/ tahun, berdasarka trend 3 tahun terakhir). Saat ini penghasilan (2006) Rp 64,5 juta), (2007) Rp. 46,5 dan (2008) Rp 53,4 juta. Sambilnantinya kita mencari investor untuk melakukan kerjasama secara BOT. Dengan memberikan investor kesempatan berusaha selama beberapa tahun (?) dengan memberikan fee selama kerjasama kepada Perum Perhutani.
Mengapa penulis terusik, karena kebetulan penulis sering menggunakan tempat tersebut, baik untuk kepentingan praktek Pusdiklat SDM (pelayanan prima, kewirausahaan dan agribisnis) disamping saat sebagai instruktur eksternal. Penulis selalu berusaha menawarkan kepada pengunjung potensial yang ada. Akan tetapi sulit untukmenjadi penginjung aktual. Karena masalah dana. Kalau akan menyewa hall saja, relatif harus menyewa kamar agar tidak terganggu. Hal inilah yang menjadi kendalanya. Pondok wisata Puspa memiliki potensi yang sangat cerah dimasa depan. Belum lagi warna cat yang umumnya aga gelap dengan penerangan kamar yang terbatas juga serta tangkapan siaran TV yang sangat terbatas, sulitnya air hangat dan makan, lambatnya pelayanan (dengan keterbatasan jumlah petugas), tidak adanya aiphone yang menghubungkan antar kamar dan recepcionist.
Mudah-mudahan dengan cara ini, maka pengembangan pondok wisata puspa tidak menyalahi aturan yang ada, baik P.43, P.50, PP 06/ 2007 dan SK. 400/ 2007.
Marilah kita berdayakan potensi yang ada secara optimal dalam rangka meningkatkan pendapatan perusahaan kita tercinta ini. Semoga penuangan impian ini bermanfaat.
Bravo rekan-rekan KBM-WBU unit II dan lainnya.


Salam,


Gandrie S

3 komentar:

Uuk Mahfudz mengatakan...

Wah, panjang banget tulisannya, Pak. No COmment ah, tp latar fotonya bagus!

manjalink mengatakan...

Terimakasih atas perhatian terhadap kelola wisata di Jawa Timur, salah satunya PW Puspa Sarangan.

Saya sependapat bahwa kelola yang dilaksanakan masih jauh dari yang semestinya.

Tolong periksa tanggapan saya kepada Aulia Hasanusi di perhutanibrain.
Salam,
Murgunadi.

manjalink mengatakan...

Terimakasih atas perhatian terhadap kelola wisata di Jawa Timur, salah satunya PW Puspa Sarangan.

Saya sependapat bahwa kelola yang dilaksanakan masih jauh dari yang semestinya.

Tolong periksa tanggapan saya kepada Aulia Hasanusi di perhutanibrain.
Salam,
Murgunadi.