TNA merupakan kependekan dari Training Need Analysis (Analisa Kebutuhan Pelatihan). Dalam menyusun kurikulum dan silabus di sebuah DIKLAT, maka TNA harus benar-benar dilakukan dengan baik. Misalnya untuk suatu materi dasar komunikasi, maka harus dinalisa kebutuhan seorang mandor dalam hal komunikasi di lapangan dalam menjalankan tugasnya, terutama dalam menggulirkan program PHBM dan PHL. Sehingga nantinya materi yang diperlukan dapat diberikan dengan jelas dan sampai seberapa kedalamannya. Sehingga alokasi jam pembelajaran (JP) dan SPAP (Satuan Pokok Acara Pembelajaran) bisa disusun dengan baik, sesuai dengan alokasi waktu yang dibutuhkan.
Mengapa penulis mengangkat hal ini, karenan ketepatan dalam keberhasilan pembelajaran berikut simulasi lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran orang dewasa, sangat ditentukan juga oleh akurasi dalam kurikulum dan silabus-nya.
Hal ini pernah penulis mengalami saat melaksanakan kegiatan outbound untuk suatu perusahaan (x), dengan pelaksanaan TNA/ AKP secara kurang akurat. Konsekuensinya adalah pada simulasi dan sequence yang ada. Disamping akurasi dalam hal TNA/ AKP, maka juga harus diketahui secara pasti visi, misi dan budaya kerja serta sasaran yang akan dicapai melalui outbound tersebut. Hal ini kalau tidak ditangani secara serius, maka akan menimbulkan bias pada hasil yang akan dicapai.
Bagaimana dengan PUSDIKLAT SDM, menurut penulis perlu adanya komitmen yang jelas, kita akan mengembangkan potensi SDM/ SDI yang ada atau hanya memilih SDM yang memiliki kompetensi aktual saja. Kalauu demikian yang tidak memenuhi kriteria standar yang telah ditetapkan. Karena tergolong SDM yang "rejected", tidak memiliki potensi standar untuk dikembangkan, bisa dari IQ yang berada <= 80 ataukah standar kualitas lainnya. Tentunya perlu dirumuskan terlebih dahulu.
Kalau kita akan konsisten melakukan pengembangan potensi SDM, maka selayaknya harus dilakukan secara totalitas. Artinya seorang fasilitator harus mendampingi sampai SDM tersebut bisa, baik dari sisi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Sehingga nantinya mereka menjadi SDM profesional sebagaimana pernyataan misi keempat perusahaan, yakni membangun sumberdaya manusia perusahaan yang bersih, berwibawa dan profesional. Komitmen tentang hal ini yang juga harus jelas, disamping dengan kurikulum dan silabusnya.
Sebagai "lokomotif" perusahaan, maka PUSDIKLAT SDM Perum Perhutani harus memiliki kejelasan dalam hal pengembangan SDM perusahaan. Sehingga hasil yang akan dipetik juga menjadi jelas pula.
Demikianlah sumbangsaran dari penulis untuk Perum Perhutani tercinta.
Selamat berjuang, untuk kejayaan perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar