Selasa, 25 Agustus 2009

Mengenal, Budidaya dan Kelayakan Usaha Jamur Tiram


Jamur tiram, merupakan kelompok jamur kayu. Karena di alam terbuka jamur memiliki kandungan fosfor yang masih relatif tinggi dan membahayakan bagi yang mengkonsumsi, maka untuk mengendalikan kandungan fosfor tersebut, maka dilakukannlah budidaya jamur tiram, dengan menggunakan media kayu tiruan, yang dikenal dengan nama "baglogs".

Menurut Sinar Tani (1993) jamur tiram pertama kali diketemukan di Negeri Belanda (1900) yang kemudian menyebar ke Eropa, Amerika, dan selanjutnya ke Asia terutama negara Cina, Korea, Taiwan, dan Jepang dan untuk selanjutnya pada tahun 1970 masuk ke Indonesia melalui kerjasama kerjasama teknilogi di bidang pertanian atau yang dikenal dengan Agricultural Technical Mission (ATM) dengan Taiwan (Republic of China), yang diawali kerjasama tersebut di Bogor.

Kemudian kerjasama tersebut terus berkembang, dan pada tahun 1990 dikembangkan juga di Malang dan pada tahun 1992 terus dikembangkan kerjasama teknis budidaya ke Sleman-Kaliurang (Yogyakarta).

Ciri fisik jamur tiram mudah dikenali karena bentuknya yang mirip dengan cangkang tiram laut, tumbuhnya berumpun dengan diameter 3 - 10 cm.

Sedangkan macamnya Jamur Tiram, antara lain :


Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

Jamur Tiram Merah-Pink (Pleurotus flabellatus)

Jamur Tiram putih susu (Pleurotus florida)

Jamur Tiram putih-krem (Pleurotus sayu)

Jamur Tiram coklat (Pleurotus cystidiosus)


Pada tahun 1992 FAO meneliti bahwa kandungan dari jamur tiram, antara lain :


Lemak 1,41%

Protein 13,80 %

Serat 3,50 %

Karbohidrat 61,68 %

Abu 3,60 %

Zat besi 4,10 %

Fosfor 318 mg

Vitamin B1 0,12 %

Vitamin B2 0,64 %

Niacin 7,80 %

Air 16,10 %


Jamur tiram dapat dikonsumsi dalam bentuk segar ataupun olahan dengan dicampur dengan sayuran lain, misalnya dibuat oseng-oseng kacang dan tenpe, orak-arik wortel dan telur putih,

bahkan dibuat camilan disore haripun sangat enak, dengan cara digoreng dengan dicampur dengan tepung kentucki (kripik jamur), akan tetapi diperlukan waktu lama untuk meniriskan minyaknya.


Sedangkan khasiatnya, menurut Prof. Kojiro Shichijo Dr. Kisaku Mori (1992) :


Memulihkan stamina tubuh

Mencegah terjadinya darah tinggi

Mengatasi anemia dan defisiensi vitamin B1&2

Menghambat pertumbuhan kanker

Mengatasi anak sulit makan (kandungan zat tripsin)


Setelah mengenal sekilas jamur tiram, maka akan diperkenalkan cara budidaya dengan menggunakan kayu tiruan (baglog). Oleh karena itu, sebelumnya akan disampaikan cara pembuatan baglog.


BAHAN PEMBUATAN BAGLOG UNTUK 1 PAKET (3.000 BAGLOGS)


Grajen 3.000 kg

Gipsum 15 kg

Calsium 30 kg

Kapur Dolomid 30 kg

Bibit (F-3) 180 botol

Plastik 3.000 lembar

Air secukupnya


Sedangkan sarana kerja sederhana yang diperlukan

untuk membuat baglog tersebut, terdiri dari :


Terpal plastik sebagai alas kerja

Timbangan Besar

Timbangan Mikro

Pengayak ukuran (1 x 1) meter

Sekrop untuk mengambil bahan yang akan diayak

Ember Plastik untuk mengambil atau tempat air

Gayung untuk mencampur air di adonan

Alat pengepres mekanik atau botol kosong untuk penumbuk

Kotak Inkas untuk menjamin kondisi steril saat inokulasi micelium kedalam baglog

Lilin dan korek api untuk proses sterilisasi

Autoclaf atau drum

Tungku

Troli pengangkut baglogs atau keranjang

Staples

Kawat Peyogok

Pelubang dari Kayu (memasukkan micelium kedalam baglog)

Spiritus


Cara kerja :


Langkah pertama adalah mencampur bahan kemudian memberinya air secukupnya, jangan terlalu kurang ataupun kebanyakan. Ukurannya, apabila campuran digenggam, maka tidak lengket di tangan. Jika terlalu banyak air, maka dikhawatirkan nantinya justru micelium tidak dapat tumbuh. pH berdasarkan pengalaman, berkisar antara 5,4 - 6.

Kemudian campuran bahan dimasukkan kedalam kantung plastik, setelah semua kantung plastik terisi dengan tidak terlalu penuh (2/3 bagian plastik). Selanjutnya dipres atau dipadatkan dengan botol kosong yang ada.

Kemudian bagian atasnya di staples. Setelah selesai kemudian dibawa dengan troli atau diangkut dengan keranjang untuk proses sterilisasi dengan cara dimasak kedalam drum atau dimasukkan autoclaf.

Pemasakan dalam drum memerukan waktu yang relatif lama, yakni 6 - 8 jam dengan suhu sekitar 100 derajad celcius. Apabila menggunakan autoclaf, maka disetting dengan suhu 121 derajad dan tejanan 1,5 bar dan disterilkan hanya selama 2 jam saja.

Setelah selesai proses sterilisasi, maka baglog tersebut harus didinginkan terlebih dahulu selama 24 jam.

Kemudian barulah proses inokulasi micelium dilakukan. Persyaratannya harus dalam kondisi tidak ada angin, menekan terjadinya jamur lain mengikut saat inokulasi dilakukan.

Selanjutnya adalah proses inkubasi atau pemeraman, yang dilakukan biasanya selama 20 hari.

Pada proses pemeraman akan terlihat calon hasil inokulasi yang gagal, dengan ciri bahwa bagian luar serbuk gergaji akan berwarna oranye, coklat atau bahkan hitam. Sebaiknya yang mengalami hal tersebut, harus langsung diupisahkan da dibuang.

Jika sudah tampak warna putih atau micelium sebagai bukti bahwa micelium sudah menyebar, tunggu sampai merata penyebarannya. Kemudian dibuatkan lubang pada baglog dengan cara disilet saja. Bisa dibagian atas atau juga di bagian samping dari baglog. Apabila lubang sedikit maka pertumbuhan jamur umumnya akan lebih besar, disamping irit dalam menguras nutrisi dalam baglog. Akan tetapi bila banyak jalan atau lubang sebagai tempat keluarnya jamur, maka jamur ukurannya akan lebih kecil, disamping cadangan nutrisi dalam baglog akan cepat habis. Sehingga belum sampai waktu sekitar 4 bulan maka sudah berhenti tumbuh. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan berat baglog yang amat ringan.

Tadi setelah diperam selama 20 hari, selanjutnya disimpan kedalam rak jamur yang telah disediakan. Baglogs diletakkan tidur dan disusun secara rapi. Biasanya rak tersebut diletakkan dalam srumbung plastik atau rumah.

Selama masa penumbuhan jamur, jangan sekali-kali baglog disiram. Apabila panas maka hanyalah lingkunga dimana baglog berada yang disiram. Ruangan harus benar benar steril. Yang baik bahkan pada saat masuk harus melepas alas kami, dan kaki dicelum terlebih dahulu kedalam larutan desinfectan (bisa formalin) yang diletakkan dalam tempat seperti bak kecambah.

Dalam jangka waktu 30 - 60 hari setelah pemeraman, maka jamur akan mulai tumbuh, muncul dari lubang yang telah dibuat pada baglog.

satu musim pemeliharaan jamur tiram umumnya selama 6 bulan. Lebih dari 6 bulan umum sudah tidak efisien lagi.

Setiap baglogs selama 1 musim akan menghasilkan secara umum adalah 0,7 kg jamur. Akan tetapi karena resiko dalam pemungutan dan pengemasan, pengalaman penulis hanya tersisa sebanyak 0,5 kg dari 0,7 kg yang dihasilkan setiap baglog.

Setelah dipanen, maka jamur dibersihkan. Setelah dibersihkan biasanya ada pengepul yang datang, dengan harga jual tingkat petani antara Rp. 7000 sampai dengan Rp 7500,-.

Apabila dikemas sendiri dan dijual ke Supermarket (hati-hati bisnis jamur termasuk bisnis kartel) dapat mencapai harga sampai Rp. 12000,-/ kg akan tetapi kemasan kita umumnya hanya 200 gram saja. Dijual kepada konsumen dengan harga Rp 18.000/ kg.

Jamur merupakan agribisnis yang sangat "fragile dan perishable" karena mudah rusak dan cepat sekali layu. Umumnya hanya berumur 1 hari kecuali dimasukkan lemari pendingin yang dapat menambah umur kesegaran sampai 5 hari atau bahkan 1 minggu.


KELAYAKAN USAHA JAMUR TIRAM


Pendapatan = 3000 x 0,5 kg = 1500 kg

Jika harga tingkat petani Rp. 7000,-, maka akan diperoleh hasil = Rp. 10.500.000,-

Biaya tetap (penyusutan peralatan per-musim) = Rp 616.600,-

Biaya operasional = Rp. 3.277.500,- (per-musim)

Laba operasional = Rp. 7.222.500,-

Total Biaya = Rp. 3.894.100,-

Investasi sarana (> 1 musim) = Rp. 1.850.000,- (cara sederhana)


B/C ratio = 3,20

ROI = 269,64%

BEP = Rp. 2.185,-/ kg

Rentabilitas = 127,37% (jauh lebih tinggi dari tingkat suku bunga pinjaman)


Usaha jamur sangat likwid terutama jika dilakukan di pedesaan, karena dapat menekan biaya operasionalnya, misalnya penggunaan air, bahan bakar tungku, tenaga kerja, sewa tempat untuk penyimpanan setelah pemeraman. Sehingga dapat menyebabkan B/C ratio tinggi maupun pada rentabilitas yang tinggi. Sedangkan sara yang digunakan juga sangat sederhana, sehingga akan menekan modal investasi dan akan berpengaruih pada nilai ROI-nya







Tidak ada komentar: