Minggu, 30 Agustus 2009

Pusdiklat SDM menyikapi pengembangan UBS


Pengembangan Unit Bisnis Stratejik (UBS) saat ini senag nge-trend di perusahaan kita, dalam kerangka UBS tersebut Pusdiklat SDM Perum Perhutani termasuk kedalam "management office". Yang perlu ada ketegasan terlebih dahulu tampaknya pada peran dari Pusdiklat SDM itu sendiri. Pusdiklat SDM akan diperankan sebagai "profit center" ataukah "cost centre". Kejelasan peran tersebut nantinya akan terkait dengan komitmen manajemen. Dimana akan memandang Pusdiklat sebagai "locomotor pembangunan SDM" perusahaan (cost centre) dengan memberdayakan "iddle capacity" pelatihan untuk mengoptimalkan asset dan meningkatkan citra perusahaan dengan menyelenggarakan pelatihan, baik outbound, gathering dan paket pelatihan singkat kepada masyarakat umum ataukah sebagai profit centre yang akan menangkap peluang pelatihan dari departemen kehutanan dalam rangka membangun KPHP, peluang assessor dari tenaga profesional kehutanan dan pelatihan singkat lainnya yang dapat dipasarkan, baik dibidang kehutanan ataupun manajerial. Kalau sebagai profit centre, maka peran sebagai lokomotif perusahaan dapat tergeser karena UBS tersebut akan mengejar profit sebagai kewajibannya.

Bagi warga Pusdiklat maa yang akan dipilih kami siap untuk melakukannya. Hanya yang pelu doiperhatikan adalah SDM kita utamanya dalam memberikan pelayanan. Karena kunci keberhasilan bisnis saat ini adalah pada harga dan pelayanan yang diberikan.

Banyak sebenarnya potensi yang dapat dikembangkan oleh Pusdiklat SDM, mulai dari optimalisasi asset, seperti kendaraan, gedung (rapat, pelatihan, OR dan pertemuan), sampai kepada penjualan paket pelatihan, seperti pelatihan singkat dalam presentasi, pelayanan prima, ataupun PHBM kepada masyarakat atau LMDH, outbond, gathering, wisata pendidikan (ada arboretum, kerjasama swasta persemaian dan tanaman jati jun) dan sebagainya.

Belum lagi peluang baru yang dapat ditangkap tentang pembangunan KPHP departemen kehutanan, assessor tenaga profesional kehutanan, bahkan sampai kepada yang paling ekstrem adalah menjual paket pelatihan untuk TKW profesional. Karena kita memiliki sarana untuk itu.

Hal inilah yang sengaja penulis angkat. Karena tentunya terkait dengan portfolio bisnis perusahaan juga. Mana yang berada dalam posisi star, sapi perah, quetion mark ataupun dog.

Menurut hemat penulis setelah ini dirumuskan, barulah menyerahkan kepada unit profit centre untuk mengelolanya. Akan tetapi pengelolaan secara profesional bahkan menjadikan beberapa unit bisnis kedalam anak perusahaan. Ingat dengan pengalaman pahit yang permah kita alami.

Jawa Barat juga sudah mengambil langkah manis. Dengan tidak melakukan ekstensifikasi tanaman kopi. Tetapi mereka memberdayakan potensi kopi glondong basah dengan mendirikan unit bisnis pengolahan kopi bersinergi dengan Primkokar yang ada. Contoh adalah UBS kopi di KPH. Bandung Selatan. Demikian juga dengan pabrik pengolahan minyak nilam hasil masyarakat. Istilahnmya Perhutani sebagai bapak angkat dalam produksi nilam, yang bekerjasama dengan Primkokar. Ini adalah beberapa contoh menarik dari kreativitas teman-teman di lapangan menyikapi perubahan paradigma bisnis saat ini. Akan tetapi agar derap langkah yang dilakukan dapat seirama dengan BOD dan berjalan dengan apik, maka perlu adanya kejelasan dalam komitmen manajemen.

Demikianlah beberapa sumbangsaran dalam kaitannya dengan UBS yang saat ini sedang getol dikembangkan. Lebih baik terlambat daripada "collapse".

Bravo juga kepada teman-teman lapangan.

Tidak ada komentar: