Salam Rimbawan.
Yuk teman-teman, kita lakukan sebagaimana kata pepatah "rawe-rawe rantas, malang-malang putung dan cancut taliwanda. Kalaupun BUMN lain dengan serangan yang dahsyat dari pesaingnya, seperti PETRONAS, Malaisia yang sekarang sudah mulai menjamur di beberapa wilayah Nusantara (terutama kota besar di P. Jawa, seperti Surabaya dan Semarang, sebentar lagi bahkan Madiun), dan mereka menyikapinya secara totalitas dengan melakukan berbagai transformasi, baik manajerial, SDM, dan budaya perusahaan berikut motto. Marilah sekarang kita juga harus bangkit dengan mengambil kiat da'i kondang, Abdullah Gymnastiar yakni 3M, mulai dari yang kecil, mulailah dari diri sendiri dan mulailah sekarang juga.
Memang berat, akan tetapi harus kita mulai. Apabila kita tidak ingin ditelan "bumi" begitu saja dan tinggallah "nostalgi" Perum Perhutani sebagai kerajaan yang karam dalam mengarungi perjalanan hidupnya atau siklus hidup perusahaan, karena telah kehilangan "kreativitas dan keinovasian" dari SDM-nya. Sehingga produknya semakin surut saja.
PT. Pertamina bahkan mengajak seluruh lapisan SDM, termasuk tenaga "outsourcing"-nya, untuk menyikapi kondisi yang ada. Dengan melakukan transformasi nyata, terutama bidang SDM sebagai "penyangga" perusahaan. Bahkan untuk menunjang budaya perusahaan dengan dasar "pelayanan prima". Karena bagaimanapun pada era sekarang, yang dinilai konsumen bukan hanya produk, dengan keasan 5P (Probe, Product, Price, Promotion, and Place), akan tetapi sampai kepada pelayanan yang diberikan, dimana mereka juga akan mempertimbangkan hsrspsn, kebutuhan dan keinginan dengan meneropong dua dimensi pelayanan internal, seperi dimensi prosedural dan dimensi prosedural dan dimensi pribadi.
Jajaran manajemen PT. Pertamina bahkan memiliki aspirasi dalam menunjang terselenggaranya "budaya perusahaan", yakni "4C" (Confident, Clean, Customer Focus, dan Competitive" dan dalam pelaksaan pelayanan prima-nya masih diimbangi dengan motto "tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat tujuan". Bahlan masih ditunjang "etos kerja unggul", yakni kerja adalah ibadah, yang tentu implikasinya sangatlah luas dan mendalam, tidak hanya sekedar "masalah duniawi semata". Mereka juga ditunjang komitmen yang tinggi. Sehingga semua lini menerapkannya dengan kesungguhan hati.
Trus bagaimanakah dengan kita ????
Marilah kita berubah, mumpung masih "belum terjadi decline" yang menuju kepada "collapse". Saya yakin kita bisa. Hanya kitalah yang mampu merubah atas seijin-Nya. Karena tidak ada yang mampu merubah nasib suatu bangsa kecuali ummat itu sendiri. Kita awali dengan niat yang tulus, diimbangi dengan jiwa kepemimpinan yang "COGAL" sebagai Creator of Growth and Learning), sikap yang positif, belajar dari pengalaman kita mengelola perusahaan selama berpuluh-puluh tahun) dengan berbagai tantangannya untuk mencapai "keberhasilan"
Met kerja dan salam rimbawan