Kamis, 18 Desember 2008

Pemberdayaan SDM KBM-WBU


KBM-WBU (Kesatuan Bisnis Mandiri-Wisata, Benih dan Usaha Lain), merupakan struktur organisasi baru dalam tubuh Perum Perhutani, dan hadir sejak dikeluarkannya SK. Nomor 554/ Kpts/ Dir/ 2005 sebagai swakelola perusahaan dalam hal bisnis. Kemudian keputusan tersebut diperbaharui dengan SK. Nomor 301/ Kpts/ Dir/ 2007.
Hal yang menggelitik penulis untuk mengangkat topik ini karena sarat dengan permasalahan yang kompleks disamping perubahan paradigma dalam menjalankan kegiatannya.
Dari sisi komitmen manajemen, seakan juga belum yakin dan bagaimana sebuah bisnis dijalankan. Dalam hal ini masih belum dilakasanakannya pemberdayaan secara sebagian atau bahkan total kepada segenap SDM KBM-WBU tersebut. Kalau kita akan memberdayakan, maka mau tidak mau dan suka tidak suka, maka pelatihan secara intensif harus kita jalankan. memang terdapat satu kendala yang belum teratasi secara tuntas, adalah kompetensi SDM dengan ketiga pilarnya (pengetahuan, keterampilan dan sikap). Disamping kompetensi, maka masih terdapat bebrapa persyaratan ain dalam pra-pemberdayaan, yakni:

Informasi
Makna
Pendelegasian
Budaya Perusahaan
Kerja Tim
Penghargaan Tim (motivasi internal)

Baik, marilah kita kupas satu persatu :
Informasi. Apabila kita berniat untuk lebih menggugah motivasi internal terutama kepada SDM kita, maka kita harus mampu untuk transparan terhadap informasi, disamping membuka pintu informasi seluas-luasnya. Mengapa demikian, karena seseorang akan termotivasi jika tahu persis kemana kita akan dibawa (tujuan perusahaan) dan akhirnya juga tahu dimana peran saya untuk mewujudkan tujuan tersebut, sehingga yang bersangkutan akan terlecut motivasinya. Informasi tersebut, yang dimaksudkan adalah berkaitan dengan visi, misi, budaya perusahaan, tagerget yang akan dicapai, posisi perusahaan diantara pesaing dalam industri yang sejenis, kerjasana usaha, dll. Masih banyak lagi. Tentunya juga harus memenuhi kriteria atau ketentuan K3AB (kejelesan, ketepatan, konteks, alur dan budaya), sehingga informasi tersebut akurat.
Makna. Hal ini tidak cukup dengan sosialisasi karena sangat terkait dengan hal strategis perusahaan, seperti budaya perusahaan, etos kerja unggul, dll. Sebaiknya disertai dengan ”role model”. Sehingga karyawan faham betul makna dari kehadiran perusahaan, termasuk masalah yang lagi inn saat ini seperti; drop the gun, PHL, PHBM, social corporate responsibility”, dll. Sehingga mereka faham betul dengan icon utama perusahaan tersebut.
Pendelegasian. Ini memang gampang susah. Intinya kembaliu kepada kredibilitas dan akuntabilitas seseorang. Bagaimana dapat diwujudkan, tentu sebelumnya kita harus mengenal dan mengembangkan potensi SDM kita, terutama terhadap kekuatan dan kelemahannya. Dengan banyaknya kewenangan dan tanggungjawab dalam sebuah perusahaan (organisasi modern, red), asumsinya adalah akan memoperkuat posisi internal kita.
Budaya Perusahaan. Kita memimiliki budaya ”PETIK” dengan unsur utama adfalah pemberdayaan, akan tetapi baru sebatas pemberdayaan stakeholders. Kepada karyawan kita belum nampak adanya pemberdayaan. Misalnya tentang pebnempatan karyawan. Sesorang yang punya basic dibidang wisata malahan ditempatkan dibagian yang kurang tepat, seseorang mantal PMPP ditempatkan diwisata. Padahal diadakannya kursus tersebut untuk memenuhi SDM dibidang pengukuran dan perpetaan yang seniornya lulusan SUKMA banyak yang telah memasuki masa pensiun.

Kerja Tim. Ini selama birokrasi masih kental tentunya akan sulit terwujud. Karena disini akan banyak ditemui tim-tim kecil atau tim mandiri dalam sebuah organisasi. Dimana seorang karyawan dapat memiliki pimpinan lebih dari satu (matriks organisasi, red).

Penghargaan. Merupakan hal baru karena yang selama ini kita kenal adalah penghargaan kepada seseorang yang berprestasi. Mengapa penghargaan tim, karena keberhasilan bukan oleh seseorang saja melainkan oleh tim mandiri tersebut, sehingga disini juga akan dapat dilihat kekompakan, kinerja tim melalui kontribusi individu kedalam tim.

Sehingga pemberdayaan juga memerlukan persiapan kearah sana. Pertanyaannya, sudah siapkah dengan kita saat ini. Sehingga bukan kebocoran informasi yang terjadi, bahkan saling menjatuhkan akan tetapi menjadi demikian enaknya situasi kerja yang terjadi, bagaikan dalam sebuah keluarga besar saja, yang saling asih-asah dan asuh.

Penulis sangat peduli dengan wisata, benih dan usaha lain, karena itulah potensi yang saat ini kita miliki. Sehingga marilah kita optimalkan potensi yang ada sesuai dengan aturan dan perlu adanya perubahan dari komitmen manajemen untuk kita bisa berhasil.
Sebagai contoh di wisata, apabila para korwil (koordinator wilayah) perannya diberdayakan secara optimal, dengan mengurangi birokrasi yang ada, maka penulis yakin dalam waktu dekat akan terjadi kejutan di wisata.
Manajer, asisten manajer cukup sebagai supervisor (rendah dan middle) dan memberikan arahan yang jelas dan merangsang tim untuk maksimal dan akan memperoleh penghargaan bila bisa meningkatan pedapatan wisata di sebuah lokasi. Penulis melihat banyak SDM kreatif di wisata, karena kebetulan penulis juga merupakan salah seorang pengampu materi wisata dan pengembangan usaha.

Dengan berbagai pesona alam, keunikan lokasi, atraksi dan sebagainya mapu menjadi bensin yang dapat digunakan secara efektif dan efisien.

Bagaimana dengan Benih dan Usaha lain. Ini akan mampu memberikan kontribusi nyata kepada perusahaan jika SDM profesional dan adanya komitmen manajemen yang jelas. Karena untuk benih, bibit Perhutani sudah mengantongi sertifikat sebagai salah satu penghasil benih tanaman kehutanan dari Departemen Kehutanan disamping kita memiliki Puslibang di Cepu. Alangkah sayangnya jika potensi alam anugerah Illahi dan asset perusahaan tidak kita berdayakan secara optimal.

Untuk usaha lain perlu definisi yang jelas. Usaha apa saja yang termasuk usaha lain, jangan seperti hanya keranjang sampah, hanya untuk mewadahi sesuatu yang belum diatur. Kita punya SK. 400 dan 433/ 2007, marilah kita defisinisikan dengan jelas termasuk kedalam bentuk kerjasamanya.

Selamat bertugas mitraku di wisata. Aku yakin kamu bisa menghasilkan yang terbaik. Belajarlah dari pengalaman. Kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda. Jangan cepat patah semangat. Perhutani salah satunya berda di pundakmu. Bravo.

Salam,

Gandrie Simbardjo

Tidak ada komentar: