Minggu, 14 Desember 2008

Perlunya pembinaan dan bimbingan di Pusdiklat SDM Perum Perhutani


Apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan pembinaan dan pembimbingan di Pusdiklat SDM.

Pembinaan disini adalah memberikan waktu tambahan kepada siswa untuk memberikan pendalaman terhadap materi yang diampu. Sehingga siswa akan bisa lebih memahami apa yang disampaikan. Hal ini dikarenakan kemapuan setiap orang adalah berbeda, ada yang cepat menyerap dan bahkan ada yang lambat (memerlukan waktu lebih untuk menyerap materi yang sama).

Sedangkan pembimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa menghadapi permasalahan yang ada selama yang bersangkutan mengikuti diklat. Bentuknya bisa ber-macam macam; dapat masalah pribadi, ataupun yang menyangkut hambatan dalam belajar, dlsb-nya


Siapakah yang melakukan pembinaan dan bimbingan di Pusdiklat. Untuk pembinaan tentunya dilakukan oleh pengampu mata pelajaran yang bersangkutan, diluar jam pembelajaran resmi. Hal ini juga bisa sebagai salah satu wujud implementasi pengabdian dan loyalitas dan merupakan ciri bahwa kerja adalah aktualisasi (salah satu dari etos kerja unggul). Karena peran dari pengampu dalam era pembelajaran saat ini bukan hanya memvonis peserta dengan "kata bisa atau tidak" melainkan harus sampai bisa. Karena tugas yang diemban Pusdiklat SDM adalah pengembangan potensi SDM yang ada.

Sedangkan bimbingan bisa dilakukan oleh wali kelas atau petugas yang bertugas sebagai pembimbing siswa tersebut. Sehingga dapat dikatakan disini bahwa bimbingan lebih bersifat kepada hal-hal yang non-teknis, sedangkan membina adalah pada hal yang bersifat teknis.


Mengapa penulis mengangkat bahwasannya pembinaan dan bimbingan dilakukan juga di Pusdiklat Perum Perhutani. Beberapa alasan yang mendasari, antara lain :


1. Peserta memasuki pendidikan sebenarnya juga bekerja, hanya mereka dalam rangka

menambah kompetensinya. Sehingga hal inilah yang mendasari bahwa mengapa pembinaan

dan bimbingan ini harus pula dilakukan di Pusdiklat SDM. Keterbatasan kemampuan dan

kharakteristik orang tua dalam belajar, sebagai pengampu maka kita harus empati kepada

mereka dan permasalahan yang dihadapi. Mengingat mereka umumnya sudah berkeluarga dan

sudah terbentuk "mental model-nya".

2. Pada awalnya terdapat mereka yang berangkat karena tuntutan tugas, dan belum menjiwai

bahwa kerja adalah amanah dan kerja adalah ibadah.

3. Pengelola Diklat juga harus beranggapan bahwa "kerja adalah pelayanan" serta kerja adalah

ibadah.


Beberapa hal diatas yang mendasari pemikiran sebagai salah satu "kawah candradimuka" Perum Perhutani, maka Pusdiklat SDM juga harus sudah mulai memikirkan untuk merubah "paradigma dalam mengelola SDM untuk dikembangkan potensinya.


Dari bahasan diatas, maka Pusdiklat SDM harus juga mengoptimalkan peran S-1 psikologi yang ada untuk keperluan bimbingan tersebut, disampaing didukung oleh peran yang lain, seperti wali kelas, dlsb. Apabila perlu lebih meningkatkan kompetensi S-1 psikologi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga kedepan perusahaan yang memerlukan tenaga mereka dalam rangka assessment ataupun pengembangan potensi SDM dengan berbasis kompetensi, hal ini tidak akan menyulitkan lagi. Dapat dikatakan kita siap tinggal landas dan menyongsong era millenium ketiga.




Salam,






1 komentar:

Unknown mengatakan...

Setuju, bila semua pihak sudah meredefinisi mindset semua bidang termasuk didalamnya budaya perusahaan, masalahnya mindset mana yang sudah berubah faktanya budaya tempo dulu yg londo masih kental koq